Bab
1 “awal dari kisah”
“ Mini, sudah siap belum? “ panggil kakak kembarku
dari dalam kamar mandi.
“ Iya, bentar. Gak sabaran sich.” Balasku dengan nada
marah.
Seharusnya aku tidak boleh berkata kasar kepada
kakakku, tapi hari ini adalah hari pramuka. Dan aku paling benci kemping sejak
memasuki bangku SMA, apalagi kalau harus kemping ditengah hutan. Sangat
bertolak belakang dengan Mimi, kakak kembarku. Dia paling senang kalau pramuka
mengadakan kemping, terutama kemping dialam terbuka seperti ditengah hutan.
Katanya, “alam ini masih penuh dengan misteri yang perlu diungkapkan. Dan aku
mendengar panggilan alam untuk memecahkan misteri itu.” Tentu saja itu hanya
khayalannya, ya… khayalan seorang gadis berumur 16 tahun yang penuh semangat.
“ Aduh, lama banget sich, kayak pengantin baru apa.”
“ Iya, udah siap. Kok buru-buru , emangnya busnya udah
datang?”
“ Belum, tapi aku kan belum mandi !!!”
Setelah aku
keluar dari kamar mandi, dengan terburu-buru Mini masuk dengan perlengkapan
super lengkapnya. Sambil menggerutu aku berjalan ke kamar untuk membereskan
perlengkapan. Sewaktu berbedak tiba-tiba kulihat di kaca bertuliskan “ Jangan masuk Vila itu, dan jangan pernah berpisah dari
saudaramu “. Tapi dalam sekejap tulisan itu menghilang tak berbekas. Ah,
mungkin itu cuma khayalanku. “Deg”, jantungku berdegup keras karena kulihat
bayangan wanita di kaca, dan wanita itu berdiri tepat dibelakangku. Aku pun
menoleh. Ternyata itu Mimi yang sedang
bermasker.
“ Kenapa? Kaget ya, ini masker daun jati, cocok untuk
suasana hutan “ sahutnya tiba-tiba
“ Cepat banget Mim, lu ada mandi ato ga sih? Cuma
kemping aja kok, pake maskeran segala. Yang ada di hutan cuma monyet doang kok,
“ balasku
“ Uda jam tujuh, entar lagi busnya datang jadi gua
mandi bebek aja. Gua pake masker kan
biar kulit tetap halus dan lembut. Siapa tau ditengah hutan ada Vila , terus yang tinggal pangeran yang cuakep, kan lumayan “.
* * *
Perjalanan kedaerah tujuan kemah kira-kira memakan
waktu tiga jam. Semua orang kelihatan senang, kecuali aku. Ketika gunung mulai
kelihatan, sebuah tulisan kembali muncul dikaca samping tempat aku duduk. “ Jangan ambil kunci Vila itu …“
Walaupun tulisan kali ini beda, hal ini membuatku
bertanya-tanya. Apakah hal ini berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan Mimi,
atau dia memang sekedar berkata saja? Ah, aku tidak boleh berpikir yang
aneh-aneh. Aku hanya berharap semoga kemping kali ini berakhir dengan baik.
“ Nah, anak-anak disinilah daerah kemping kita.
Sekarang masing-masing kelompok sudah boleh mulai mendirikan tenda regunya.”
Sahut pembina pramuka memulai acara kemping.
Anggota grup mulai sibuk, sedangkan Mimi malahan sibuk
mencari handycamnya dan mulai merekam.
Mungkin dia berharap akan terjadi kejadian-kejadian aneh, dan kemudian ia akan
menjadi orang pertama yang merekamnya. Aku heran mengapa ketua regu
mengizinkannya bebas dari tugas. Walaupun menurutku itu cuma alasan Mimi supaya
tidak disuruh bantu mendirikan tenda.
Seusai mendirikan tenda, semu regu pramuka diberi
tugas memasak dengan tema “ jamur “. Itu
artinya masakan harus dimasak dengan menggunakan jamur sebagai bahan utama.
Mendengar itu, Mimi yang sedang merekam tiba-tiba menghampiri kami dan berseru
“ Aku!! Aku!! Aku sendiri yang pergi mencari jamur itu”. Dan lagi-lagi ketua
regu mengizinkannya. Sambil membawa keranjang dan handycamnya, ia berjalan masuk ke hutan dan akhirnya semakin jauh
dari pandangan.
Kira-kira lima
menit kemudian semua anggota regu yang ditugaskan mencari jamur sudah kembali
dari hutan dengan keranjang yang penuh jamur. Semua, kecuali Mimi…..
Aku bertanya apakah mereka melihat Mimi. Beberapa
menjawab bahwa mereka tidak melihatnya, dan beberapa lagi melihatnya tapi Mimi
pergi kearah yang berlainan dengan mereka. Mimi pergi kearah hutan yang lebih
dalam.
“ Kaliankan tau bahwa itu berbahaya, kenapa kalian
tidak mencegahnya?” Tanyaku kesal.
“ Sudahlah Min, tak ada gunanya kamu marah ataupun
kesal pada mereka. Kamu tau bahwa Mimi itu pemberani, kan ? Sebentar lagi dia pasti kembali, kita
tunggu saja bersama” Kata ketua regu yang berusaha menenangkanku. Tapi hatiku
gusar dan tiba-tiba saja aku merasa tubuhku ringan. Seolah-olah ada yang
mendorongku, kemudian aku tak sadarkan diri.
* * *
“ Akhirnya kamu sadar juga, sudah setengah jam kamu
tidak sadarkan diri. Tiba-tiba saja kamu pingsan tadi.” Kata ketua regu yang
berada disampingku.
“ Sudah satu jam, tetapi Mimi masih belum kembali “
gerutu salah satu teman reguku, Nana “Padahal regu yang lain sudah mulai memasak.” Mendengar perkataannya itu, kekhawatiranku
semakin besar dan aku mengajak seseorang untuk ikut denganku mencari Mimi.
“ Kamu baru saja pingsan tapi sudah mau pergi!!” kata
Nana dengan nada agak kesal.
“Diiaaammm!!! Kalian tidak akan mengerti perasaanku.
Aku dan Mimi adalah kembar dan apabila sesuatu terjadi padanya, maka aku juga kan ikut merasakan. Bila
aku tiba-tiba pingsan, berarti sesuatu telah terjadi padanya!!” Teriakku.
Tak seorangpun yang bersuara, mereka hanya saling
memandang karena mereka tau aku sedang marah. Tapi ini juga bukan salah mereka
dan tak seorang pun yang salah dalam hal ini kecuali aku sendiri. Mengapa tadi
aku tidak menawarkan diri untuk ikut dengan Mimi. Tak seorang pun yang setuju,
tapi aku harus tetap mencari Mimi. Karena bagaimanapun juga dia satu-satunya saudaraku.
“ Tidak, aku tidak akan mengizinkanmu. Itu sangat
berbahaya. Kita tidak tau apa yang akan terjadi padamu bila kamu menyusul.
Lebih baik kita lapor pada pembina.” Larang ketua regu.
Pada saat yang bersamaan, salah seorang pembina
menghampiri regu kami, “ Mengapa kalian tidak mulai memasak, sedangkan regu
yang lain hampir selesai?!!”
“ Salah satu anggota regu kami, Mimi bertugas mencari
jamur namun dia belum kembali. Padahal sudah satu jam sejak dia masuk kehutan.”
Jelas ketua regu.
“ Sudah satu jam?!! Mengapa kalian tidak melaporkannya
pada pembina?”. Setelah berkata begitu, pembina itu pergi ketenda para pembina
dan berdiskusi dengan mereka.
Sementara perhatian teman-temanku terarah pada para
pembina, diam-diam aku menyelinap pergi. Dengan membawa ransel kecilku, aku
berjalan kearah yang tadi dilalui Mimi.
* * *
Langkahku terasa lama terasa semakin berat dan lelah,
walaupun begitu aku tetap berusaha untuk terus melangkah. Kakiku terasa kram
dan….setelah kulihat sekelilingku, sepertinya aku tersesat. Aku terus berusaha
untuk melanjutkan perjalanan, namun aku jatuh kedalam sebuah lubang. Saat aku
berusaha keluar, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Dan begitu aku berhasil
keluar, aku bingung, karena pemandangan yang kulihat sudah berbeda dengan
pemandangan sebelumnya. Aku mencoba berdiri, namun kulihat handycam Mimi
tergeletak disemak-semak. Aku berusaha meraihnya, namun pada tali handycam ini
terkait sebuah kunci yang berukirkan “Anathema
Vila“ dan kata “ vila “
mengingatkanku pada kedua tulisan itu. Aku melepaskan kunci itu dari handycam
Mimi. Apakah ini kunci Vila
yang dimaksud ? dan apa hubungannya dengan Mimi ? Mengapa kunci ini berada pada
tempat yang sama dengan handycam Mimi ? atau ini cuma kebetulan saja ?
pertanyaan terus bertambah dibenakku sampai….
“ Apa yang kau lakukan , anak manis? “ terdengar suara
dingin di belakangku. Tentu saja bulu kudukku berdiri. Langsung aku menoleh dan
ketakutan melihat gadis itu. Dia adalah Mimi, tapi matanya berbeda dan tatapan
yang tajam serta dingin membuat bulu kudukku berdiri. Dia seolah-olah berubah
menjadi orang lain.
“ Mi..mimi..??Ak…Aku….Cu…Cuma..Kha..Khawa..Khawatir
dan me..men.. ca..rimu “ Sahutku gemetar. Dan sepertinya ia tidak memperhatikan
omonganku karena matanya tertuju pada kunci yang sudah ada ditanganku “ Berikan
kunci itu padaku atau kau akan kubunuh
juga.” Katanya dengan marah. Kata “ JUGA
“ yang diucapkannya berarti ia sudah membunuh orang dan tentu saja aku tidak
boleh membiarkan ini terjadi lagi.
“ Tidak ! aku pernah mendapat pesan untuk tidak
mengambil kunci ini. Lebih baik kunci ini kubuang “ ujarku sambil mengangkat
kunci dan ingin membuang. Namun sayang, Mimi berhasil merebut kunci dari
genggamanku dan menggerutu “ Dasar sialan, siapa yang sedang menentangku dengan
memanfaatkan anak ingusan ini.”
Setelah berkata-kata, Mimi pun pergi membawa kunci
itu. Aku tak sanggup mengejarnya karena kakiku terkilir. Aku mengambil handycam
itu dan memasukkan ke dalam ransel kecilku. Ketika aku berusaha mengambil
walkie-talkie yang ada diranselku untuk menghubungi pembina, seekor Lipan
menggigit kakiku. Aku kesakitan, lalu semuanya kelihatan gelap.
* * *
“ Kamu tidak
apa-apa ? “ kata suara lembut
“ Ti..tidak…, cuma
sedikit sakit di kaki “ balasku tanpa rasa curiga
“ Tidak apa-apa
itu cuma reaksi obat saja. Tadi kamu digigit Lipan dan tak sadarkan diri.” Kata
suara itu menjelaskan. “ Sebaiknya kamu menjauhi daerah ini begitu kondisimu
membaik.”
Seluruh tubuhku terasa lemas sehingga aku tak mampu
berkata apa-apa lagi. Aku kembali tertidur
Tapi ketika aku bangun, tidak ada siapa-siapa
disampingku. Kulihat sekeliling, sunyi… apakah tadi cuma mimpi? Tapi kenapa
kakiku terbalut, dan malah terasa baikan. Bahkan aku sudah bisa berjalan.
Kemudian aku meminta bantuan melalui walkie-talkie. Walau tak ada jawaban dan
sepertinya, aku berada dijarak yang jauh dengan daerah perkemahan. Sambil
menunggu aku mengambil handycam Mimi dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Aku berusaha memutar ulang rekaman yang
ada. Walaupun aku tak berhasil. Karena kelelahan aku pun tertidur dan hanya
berharap guru dan teman-teman dapat menemukanku. Walaupun itu hanya harapan
yang sia-sia.
* * *
Aku bermimpi. Dimana Mimi dan aku berada bermain
ayunan disamping sebuah vila .
Vila ini
beratapkan genteng coklat kemerah-merahan. Ada
beberapa bagian dari vila
itu berwarna sama dengan atapnya. Namun disuatu sisi terlihat ada bagian vila yang belum selesai. Beberapa
bagian lainnya berwarna pencampuran hijau dan putih, sedangkan pintu dan
jendela berwarna putih. Disekeliling vila
terdapat taman bunga. Disalah satu sisi taman bunga terdapat sebuah pohon besar
yang dempet dengan bangunan vila
itu. Disisi bunga tempat aku dan Mimi bermain ayunan terlihat seorang wanita
setengah baya. Aku dan Mimi tertawa gembira dan wanita itu tersenyum pada kami.
Tiba-tiba dari belakang seorang gadis dengan gaun berwarna putih menusuk wanita
tadi dengan pisau. “ IBU!!!!” teriakku bersamaan dengan Mimi. Sebenarnya ku
sendiri bingung kenapa aku memanggilnya begitu. Darah mengalir dan menodai gaun
putih gadis yang menusuk itu. Mimi berlari kearah wanita itu. Apa yang terjadi
setelah itu membuatku sanagt terkejut. Gadis itu tiba-tiba merasuki tubuh Mimi.
Saat itu aku tak dapat mempercayai kedua mataku. Kemudian gadis itu menatap
kearahku dan mengarahkan pisaunya ketubuh yang ia rasuki. Ia akan membunuh Mimi.
Aku ingin menolong Mimi, tapi tubuhku tak dapat bergerak sama sekali. Ada seseorang yang
menarikku dari belakang. “TIDAAAKK!!!!”
Lalu aku terbangun
dan terkejut karena didepanku terlihat sebuah Vila tua bertuliskan Anathema Vila persis ukiran pada kunci yang kutemukan. Bentuk dan
warnanya sama persis dengan yang kulihat dalam mimpi. Hanya saja ayunan tempat
aku dan Mimi bermain tidak ada. Entah apa yang mendorongku untuk masuk keVila
itu. Entah kenapa aku merasa bahwa Mimi ada didalam sana . Tapi kurasa aku perlu jawaban dari
mimpiku tadi. Kemudian aku nekat melangkah masuk ke dalam Vila dan mengetuk pintu. Namun tidak ada
jawaban. Dan terdengar suara yang berasal dari ukiran berbentuk singa disamping
pintu itu “ Apakah kau yakin dengan keputusanmu ?”. Dengan agak ragu dan bingung aku menjawab, “ Y.. ya… a…a.ku ya…yakin.”
Pintu terbuka, dan rasa aneh menyelimuti diriku ketika melangkah masuk ke Vila tersebut.
Begitu aku masuk, aku merasakan hawa dingin masuk
ketubuhku. Bahkan masuk ketulang-tulangku. Yang pertama kali kulihat ketika
memasuki vila
itu adalah sebuah lukisan keluarga. Dilukiskan seorang wanita yang anggun dan
seorang pria tua yang duduk disebuah kursi. Dibelakang mereka berdiri seorang
gadis yang cantik, bahkan itu adalah gadis tercantik yang pernah kulihat. Mungkin
itu adalah lukisan keluarga penghuni vila
ini. Dan berseberangan dari lukisan itu terdapat lukisan gadis itu bersama
dengan seorang pria yang mirip dengan pangeran dalam dongeng anak-anak.
“ Hallo, apakah disini ada orang ?”
“ Hello, anybody home ?”
Sunyi…tak ada jawaban yang ada cuma gema suaraku
sendiri.
* * *
Tiba- tiba dari lantai dua terdengar suara teriakan.
Terburu-buru aku naik dan mataku tertuju pada sebuah kamar di ujung koridor.
Sesuatu mengalir dari sana .
Setelah kudekati, ternyata itu darah. Darah mengalir dari arah dalam. Aku
berusaha mendobrak dan berhasil. Tetapi pemandangan yang kulihat sangat tragis.
Seorang wanita setengah baya tergeletak tak berdaya dengan sebuah pisau
tertancap ditubuhnya. Dan yang lebih tragis lagi, aku harus melihat sang
pembunuh yang tak lain adalah kakak kembarku. “ Dia harus MATI dan DIA pantas
mendapatkan itu !!! Tak seorang pun boleh melecehkan aku, Gisell Agatha de Vannette.”
Lalu ia menoleh padaku “ Siapa kau, apakah kau mau melecehkanku juga ? Bila ya,
maka nasibmu akan seperti itu juga. Bila tidak, cepat pergi dari Vila ini dan katakan pada
semua bahwa Gisell telah bangkit .“
Aku pun berlari dengan pikiran yang penuh pertanyaan. Sebenarnya
apa yang tejadi ? mengapa Mimi menjadi seorang pembunuh dan mengapa ia menyebut
namanya Gisell ? dan mengapa ia tak mengenaliku ? Apa maksudnya “ Gisell telah bangkit
“ ? dan tanda tanya masalah kamera itu masih membayangiku. Kebingungan yang
membayangiku membuatku nekat untuk tidak meninggalkan Vila itu. Aku masuk kesuatu ruangan tengah
dimana perapian masih nyala. Karena takut Mimi yang telah berubah menjadi
pembunuh bernama Gisell mengejarku, aku mengunci pintu dan duduk di dekat
perapian. Selain itu aku juga tidak tau harus kemana karena aku sudah tidak
bisa kembali. Aku juga tidak mungkin kembali tanpa Mimi padahal aku sudah
menemukannya. Kemudian aku menarik kursi santai, dan kulihat sebuah handycam. Sepertinya
itu handycam milik Mimi. Tapi tak mungkin, handycam itu sudah kusimpan di dalam
ransel. Aku langsung melihat ke ransel, dan masih ada. Jadi handycam itu milik
siapa ?
Ketika pertanyaan itu masih membayangiku, tiba-tiba pintu
diketuk… Aku terkejut, tanpa pikir panjang aku mengambil handycam itu dan
memasukkannya kedalam ranselku dan segera bersembunyi di balik kursi disamping perapian.
“ Klek…klek…ceklek…kri…ii…ii…it” pintu terbuka dan aku mulai ketakutan. Namun
suara lembut memanggilku. “ Mini…kau ada disana ?” suara lembut itu persis
dengan suara yang kudengar dari orang yang menolongku ketika aku berada dihutan
dan digigit Lipan.
Dan suara itu berkata lagi “ Jangan takut, aku takkan
menyakitimu. Aku bukan orang jahat, aku adalah orang yang menolongmu ketika
kamu digigit lipan. Keluarlah…tidak ada yang akan menyakitimu.”
Pelan-pelan aku mengangkat kepala dan melihat
sekeliling. “Tidak ada siapa-siapa, lalu tadi siapa yang bicara ?”
“ Aku, namaku Richard. “ kata suara itu dari arah
belakangku.
Aku segera berbalik dan cukup terkejut karena pria itu
adalah pria yang kulihat dalam lukisan.
“ Rii.. icch..aar..rdd?? Ka..kamu.. ka..aan.. pri..a
ya..ang a..ada.. di..ii.. lu..uu..kiii..sa..aan.. ru..aa.ng.. de..ee..paa..aan?”
“ Kamu benar, tapi jangan terlalu gugup. Aku tidak
akan menyakitimu. Tapi kenapa kamu ada disini? Bukankah aku sudah
memperingatkanmu untuk tidak kesini?!!”
“ A..apa.. ma..ak..suu..ud..mmu..uu??”
“ Bukankah kau sudah menerima dua pesan dariku?”
“ Pe.. pesan??”. Pria ini sungguh aneh dan membuatku
semakin bingung.
“ Ya, kedua pesan itu melalui kaca yang menyuruhmu
untuk menjauhi kunci dan vila
ini.”
“ Ta..tapi.. bagaimana mungkin kau yang mengirimnya.
Ba..ba..gaimana caranya?”
“ Mungkin ini akan aneh bagimu. Aku mengirimnya
melalui sebuah bola kaca dan sedikit.. e.. sihir. Dengan bola kaca yang di
lantai dua Vila
ini. Maaf Mini, aku harus mengatakan ini. Sebenarnya kamu sekarang sedang
berada ditempat yang a..gak lain.”
“ Tunggu dulu, aku masih bingung kenapa kamu bisa tau
namaku dan juga Mimi? Apa maksudmu dengan dunia yang agak lain?”
“ Kamu masih ingat dengan lubang tempat kamu jatuh?
Bila kamu jatuh kedalam, maka perbatasan dengan daerah ini akan terhubung. Dulu
vila dan daerah
disekitar sini telah dibatasi dengan dunia luar oleh sebuah…” tiba-tiba ia
berhenti.
“ Bagaimana kamu bisa tau aku jatuh? Perbatasan apa?
Apa maksudmu? Sebuah apa?”
“ Sabar…sabar, aku tidak bisa menjawab pertanyaan
sebanyak itu sekaligus. Tapi aku bisa jelaskan satu persatu. Duduklah yang
tenang, aku akan jelaskan.” Katanya sambil mempersilakanku untuk duduk,
kemudian ia, melanjutkan “ Lukisan wanita yang kamu lihat bersamaku adalah
gadis yang merasuki Mimi saat ini. Dan dia adalah tunanganku, namanya Gisell.”
“ Kalau itu aku sudah tau.” kataku memotong.
“ Bagaimana kamu bisa tau?”
“ Aku sudah bertemu dengannya sebelum aku masuk
keruangan ini. Hanya saja aku tidak tau kalau dia adalah gadis dilukisan. Dalam
lukisan ia kelihatan lemah-lembut, sedangkan ketika aku bertemu dengannya ia
kelihatan kasar. Walaupun ia berada dalam tubuh Mimi.”
“ Tadi kamu bilang kalau kamu sudah bertemu dengannya,
dimana?”
“ Dilantai dua, diruangan ujung koridor. Aku melihat seorang
gadis terbunuh dan tangan Gisell memegang sebuah pisau. Ketika ia melihatku,
dia malah menyuruhku pergi memberitahukan semua orang bahwa dia sudah bangkit.
Dia juga mengatakan bahwa orang yang dibunuhnya pantas mati karena tidak ada
yang boleh melecehkannya.” Aneh, sepertinya aku mengatakan semua itu tanpa
beban ataupun rasa takut.
“ Berarti dia sudah melihatmu?!!”
“ Mungkin bisa dibilang begitu. Kenapa kalau dia
melihatku?”
Richard tidak menjawab, dia berjalan kearah pintu dan
melihat kesekeliling. Kemudian dia kembali duduk dan mulai bercerita padaku.
Bila tidak mengalami semua itu sekarang, mungkin aku
juga akan menganggap semua ini hanya mimpi atau hayalan. Namun akhirnya aku
menjadi tahu bahwa aku dan Mimi dilahirkan pada hari yang sama dengan Gisell.
Hanya saja itu berbeda 100 tahun. Vila dan
daerah disekitar sini disegel oleh salah seorang wanita yang merancang vila ini. Wanita itu diramalkan
akan mencelakakan dan menghancurkan keluarga Vanette apabila ia selesai
membangun vila .
Sehingga bangsawan Vanette memerintahkan untuk membunuh wanita itu begitu wanita
itu selesai membangun. Namun belum sempat vila
ini selesai, ibu Gisell meninggal. Sehingga pembangunan vila terpaksa ditunda. Sejak itu sikap ayah
Gisell menjadi berubah total.
Aku juga tau kalau ramalan mengatakan bahwa Gisell
tidak boleh bertemu dengan wanita itu. Karissa, nama wanita itu. Wanita yang telah
menghancurkan keluarga Gisell dan mengutuk semua penghuni vila serta penduduk didaerah sekitar. Sudah
banyak yang mencoba untuk membebaskan diri dan melarikan diri dari daerah
kutukan ini. Tapi akhirnya tak ada yang kembali dengan selamat.
Kemudian dia mengajakku keruangan lain, “ Tempat ini
sudah tidak aman, Gisell bisa sewaktu-waktu kesini.”
Aku bingung namun hanya bisa mengikutinya karena aku
juga takut sendirian. Richard berjalan menuju ruangan disudut timur. Tiba-tiba
bulu kudukku berdiri, aku merasa ada seseorang dibelakangku, dan aku berbalik.
Aku terkejut karena dibelakangku berdiri seorang wanita setengah baya. Dia
wanita yang kulihat didalam mimpiku.
“ Ri..richa.a.ard, a..ad..a wa..aa.ni..i.ta..aa
dibelakangku.”
Richard berbalik dan berkata, “ Ibu??!”
Ibu… wanita yang dalam mimpiku menjadi ibuku ternyata
adalah ibu Richard.
“ Dia sudah datang, gadis yang akan membebaskan kita.”
Kata wanita itu.
“ Tapi ibu, bukankah itu sangat berbahaya? Lagipula
belum tentu dia adalah benar gadis yang diramalkan itu.” Tanya Richard.
“ Ramalanku tidak pernah salah!!! Dia dan saudaranya
dilahirkan tepat pada hari yang sama dengan Gisell.” Bentak wanita itu
tiba-tiba. Lalu dia pergi meninggalkan kami.
“ Richard, apa maksud wanita itu? Apakah dia ibumu?”
Tanyaku.
“ Tidak, dia bukan ibuku.Dia adalah seorang peramal,
namanya madam Veronica. Dia satu-satunya ibu peramal sejak daerah ini terkunci
dari dunia luar. Dan ibuku sudah meninggal sejak aku kecil.”
“ Maaf, aku tidak tau kalau..... Tapi kenapa dia mirip
dengan wanita dalam mimpiku.”
“ Mimpi?”
“ Sudahlah, tak usah dipikirkan lagi. Mungkin itu
hanya bunga tidur. Wanita tadi kemana? Bukankah sangat berbahaya dia berjalan
sendiri?”
“ Kamu tidak usah khawatir, Gisell tidak akan bisa
membunuhnya bahkan menyentuh sehelai rambutnya sekalipun. Ibu peramal dulunya
adalah penyihir utama dikerajaan ini.”
“ Kalau begitu, kenapa dia tidak melawan Gisell dan
membebaskan kalian semua dari sini?”
“ Tidak mungkin. Gisell bukanlah pelaku utama dari apa
yang terjadi. Dia hanya diperalat oleh Karissa. Sejak kecelakaan yang terjadi
pada Gisell dan ayahnya, Karissa juga ikut menghilang. Aku dan beberapa orang
sudah mencarinya, tapi jalur yang kami lalui selalu terulang. Tak lama kami
menyerah dan kembali. Ternyata madam Veronica sudah menunggu kami divila dan
menceritakan pada kami semua bahwa Karissa telah megurung kami. Tak ada yang
dapat kami lakukan, hanya menunggu datangnya gadis sesuai ramalan, yaitu
kamu….”. Richard terdiam sebentar, lalu kembali melanjutkan.
“ Satu-satunya cara untuk menghilangkan kutukan pada Gisell
hanya dengan membunuhnya. Dan itu juga berarti kita harus membunuh Mimi…dalam
24 jam ini “ lanjutnya.
“ Dan apa maksudmu dengan “ kita “? Kau tidak akan
melibatkanku dalam hal ini kan ?!
Mengapa harus
dalam 24 jam?” tanyaku bingung
“ Ya, kita harus membunuhnya, kita berdua !!!
Bagaimanapun kau harus bertanggung jawab. Bila lewat dari 24 jam, maka dia
mungkin saja akan membunuh orang lain. Kau tidak mau mati sia-sia disini, kan ? “ tegasnya
“ Tapi, tapi, aku tak mungkin membunuh saudara
kandungku yang tak lain adalah kembaranku. Apa yang terjadi padanya akan
terjadi padaku juga.”
“ Kamu tidak usah khawatir, tidak akan terjadi apa-apa
denganmu. Yang kita musnahkan adalah jiwa Gisell, bukan jiwa Mimi. Jadi, tidak
akan berpengaruh padamu. Lagipula kita tidak benar-benar membunuhnya, kita
hanya akan membunuh jiwa jahat yang tertanam dalam dirinya. Itu juga merupakan
salah satu kutukan dari Karissa.”
“ Aku bukan khawatir pada diriku. Aku tak se-egois
itu, bagaimanapun juga dia satu-satunya saudaraku. Dan aku tak mau
kehilangannya.”
Sejak pertama kali aku bertemu dengannya, Richard
selalu kelihatan tenang dan santai. Tapi itu malah berlainan dengan diriku yang
semakin bingung dan panik. Tapi Richard tetap berusaha menenangkanku. Entah
kenapa aku jadi merasa tenang dan aman. Walaupun aku tau bahwa sekarang aku
dalam bahaya. Ia memintaku untuk duduk dengan tenang disofa. Sementara itu
entah apa yang dilakukannya. Angin berhembus sepoi-sepoi dari jendela ruangan.
Walaupun aku sama sekali tidak merasa lelah ataupun mengantuk, angin itu
seolah-olah membisikkan sebuah dongeng agar aku tertidur. Tak lama aku
terlelap……..
* * *
Jrengg, akhir diposting!!!!
Hmm, kenapa ganti nama? biar keren aza..
Btw, pas mikirin nama, jadi flash back koq pakai ANATHEMA?
FYI, itu nama kepikiran dapat dari sebuah lagu, pas browsing nama penyanyi, nama band nya Anathema Band, lebih keren lagi tuh band debut di 1990 (tahun lahir sayaaa,aaahh..)
tapi ga asal-asalan donk, dengan bantuan Mbah Google, coba cari dulu artinya, jangan sampe ini nama berhubungan sama sesuatu terlarang...
Dan syukurlah, ternyata kata satu ini memang punya banyak arti, hahaha dari baik sampe yang serem..
Anathema adalah istilah dengan beberapa arti. Ini berasal dari ἀνάθεμα Yunani, yang berarti "sesuatu yang berdedikasi" dan, dalam Perjanjian Septuaginta dan Baru, "sesuatu yang didedikasikan untuk kejahatan dan dengan demikian terkutuk." (sumber : Wikipedia)
That's it for the beginning,
don't forget to follow my IG @vidyacarini and @vfoodia
Komentar
Posting Komentar